“Kisah Menggetarkan,Hafidz
Qur'an”
(Kisah nyata:
Anak penderita kelumpuhan otak,bisa hafal Al-Qur’an di usia 4 setengah tahun)
From : Lidya Oktariani
Sudah
merupakan janji Allah bahwa Al-Qur'an akan dipelihara Allah. Di antaranya, di
dada orang-orang muslim. Begitu banyak bukti, begitu banyak kisah tentang para
penghafal Al-Qur'an dari mulai zaman Rasulullah hingga kini. Dari berbagai
macam warna kulit, ras, dan bangsa, semuanya ada yang menjadi penghafal
Al-Qur'an.
Patut
berbanggalah para orangtua jika memiliki anak-anak yang hafizh. Karena mereka
akan mendapatkan kemuliaan di hari akhir nanti. Namun, ada juga yang masih
meragukan kun fayakuun. Allah subhanahu wata’ala menjanjikan bahwa setiap
hamba-Nya yang berniat untuk mempelajari Al-Qur’an dan menghafalkannya, pasti
akan dimudahkan. Mungkin sebagian pendapat para orangtua mengatakan bahwa sulit
untuk mendidik anak-anak mereka menjadi hafizh jika orangtua tidak bisa membaca
Al-Qur’an. Jujur saya harus katakan, saya pun sempat merasa seperti ini
walaupun saya belum menjadi orangtua. Setidaknya, saya mencoba mempersiapkannya
dari sekarang.
Jika para
orang tua memasrahkan begitu saja anak-anak mereka pada sekolah tanpa
mendampinginya di rumah dengan menjaga muroja'ah dan mengkondisikan lingkungan
anak dengan Al-Qur'an serta bagaimana visi misi keluarga tersebut, tentu sangat
bertentangan. Apakah mau jika hanya sekolah yang mendapat pahala? Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan
segala aktivitas dengan Al-Qur'an. Sebagai contoh, anak-anak diajak untuk
melihat wisudawan-wisudawati yang ada di Gaza agar mereka tahu bahwa yang
mereka lakukan juga dilakukan oleh banyak anak di berbagai belahan dunia.
Kali ini saya akan sharing tentang artikel penghafal Qur’an.
Mari kita simak……….
***Lelaki
Kecil Penghafal Al-Qur’an***
By Ibnu Abdil
Bari | July 1, 2014
Fajar Abdurrahim Wahyudiono;
Penyandang Cerebral Palsy yang Hafal Al-Qur’an
“Someone very special.”
Setiap orang
sangat spesial. Spesial karena ialah yang keluar sebagai pemenangnya
mengalahkan 120 juta lawannya. Maka, masing-masing orang pasti memiliki
kelebihan dan keistimewaan yang menakjubkan.
Bahkan,
menurut Majdi Ubaid dalam 9 Asrâr li Hifzhil Qur’ânil Karîm—9 Rahasia
Menghafal Al-Qur’anul Karim yang penulis terjemahkan, setiap orang berpontensi
menjadi jenius minimal dalam satu atau dua kecerdasan dari sembilan kecerdasan
yang ada: kecerdasan fisikal, kecerdasan musikal (suara), kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan visual, kecerdasan logika-matematika,
kecerdasan verbal-linguistik, dan kecerdasan intuitif/spiritual. Maka, di
antara kewajiban orangtua terpenting adalah mengoptimalkan kecerdasan anak
sesuai dengan potensi mereka.
Salah satu bukti tentang hal ini adalah adinda Fajar
Abdurrahim Wahyudiono. Lelaki kecil ini menjadi hafizh sejak usia dini, hanya
dengan mendengar murattal dan bermain game Al-Qur’an.
***Doa Yang Menggetarkan :
Dari mana
awal mula keajaiban Fajar ini?
Jawaban yang bisa penulis berikan adalah dari doa ibunda,
Henny, yang menggetarkan. Doa itu dilantunkan jauh hari sebelum Henny menikah.
Iya, sebelum menikah. Menurut kisah yang disampaikan istri ketika menjadi guru
privat Fajar, Henny pernah bercerita bahwa dulu dia membaca sebuah kisah
seorang salaf dalam sebuah buku. Kisah itu bermula dengan doa yang dipanjatkan
oleh seorang salaf untuk mendapatkan anak yang shalih. Salaf tersebut
memanjatkan doa agar dikaruniai anak yang shalih, bahkan sebelum dia menikah.
Hasilnya? Allah mengijabah doanya. Allah menerima pintanya, dengan
mengaruniakan anak yang shalih kepadanya.
Terinspirasi dari kisah yang dibaca dari buku tersebut, Henny
pun berdoa serupa. Di penghujung shalat, ia senantiasa melantunkan doa dengan
hati penuh haru; agar Dia berkenan memberikan anak shalih—yang hafizhul Qur’an
kepadanya. Maka, setelah menikah, terlahirlah putra pertamanya yang bernama
Fajar. Ya, Fajar adalah wujud pengabulan Allah kepada doa Henny. Maka, betapa
ajaibnya sebuah doa!.
Doa ini mengingatkan kita tentang pinta yang dipanjatkan oleh
Fudhail bin Iyadh. Doa Abidul Haramain ini diabadikan oleh Adz-Dzahabi di dalam
As-Siyar (8/445) dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/497). Doa itu
berbunyi, “Allahumma anni ijtahadtu an u’addiba aliyyan, falam aqdir,
fa-addibhu Anta li…., Duh Allah, aku sudah bersungguh-sungguh untuk
mendidik Ali, putraku, tetapi aku tidak mampu. Maka, didiklah dia, untukku.”
Ajaib! Setelah berdoa seperti, Allah mengabulkan doa Fudhail.
Dan kita pun tahu, bahwa Ali bin Fudhail bin Iyadh menjadi seorang ahli ibadah,
zuhud, wara’ dan bertakwa. Bahkan Adz-Dzahabi mencatat dalam buku yang sama
bahwa Ali bin Fudhail meninggal dunia karena mendengar ayat Al-Qur’an. Duhai,
seberapa sering kita berdoa kepada Allah untuk kebaikan keluarga kita; untuk
istri atau suami, anak-anak, orang tua, saudara-saudara kita?
***Sebuah Ujian :
Mungkin ada
banyak hafizh cilik di dunia ini. Yang paling fenomenal tentunya, Muhammad Husain Tabataba’i
—seorang bocah 7 tahun meraih gelar Doktor Honoris
Causa dari Hijaz College Islamic University, Inggris, karena hafal dan paham
Al-Qur’an. Ia mampu menghafal Al-Qur’an dan menerjemahkan ke bahasa Persia,
menerangkan topik ayat Al-Qur’an, menafsirkan dan menjelaskan ayat Al-Qur’an,
bercakap-cakap dengan menggunakan ayat Al-Qur’an dan menerangkan makna
Al-Qur’an dengan metode isyarat tangan. Hasilnya? Menakjubkan! Nilainya 93:
nilai yang menurut standart Hijaz College Islamic University, Inggris adalah
peraih Doktor Kehormatan (honoris causa). Anak kelahiran Iran (Persia) ini
bahkan dijadikan guru oleh Mohsen Qiraati (mufasir kontemporer Iran. Mohsen
berkata, “Saya telah menggeluti Al-Qur’an selama lebih dari 20 tahun, namun
kini kembali menjadi murid yang menulis catatan di buku pelajaran. Apapun yang
ia (Husain) katakan, saya catat, saya bangga menjadi murid dari guru yang masih
berusia 5 tahun ini.” Muhammad Husain Tabata’i memang menjadi mukjizat abad 20. Kita akui itu.
Tapi, menjadi hafizh kecil seperti Fajar yang merupakan buah
hati dari pasangan Joko Wahyudiono dan Henny Sulistiyowati ini juga istimewa,
dan merupakan mukjizat yang luar biasa. Kenapa? Setidaknya karena dua faktor;
pertama, orangtua Fajar bukan hafizhul Qur’an—tidak memiliki basic penghafal
Al-Qur’an, yang kedua, Fajar terkena cerebral palsy; kelumpuhan fungsi motorik
akibat ada gangguan di otak. Tetapi, inilah bukti kebesaran Allah—betapa
canggihnya otak manusia. Dalam keterbatasan itu, Fajar mampu menghafal
Al-Qur’an melalui murattal yang diperdengarkan oleh orangtuanya, sejak lahir ke
dunia.
Fajar, ia terlahir ke dunia secara premature. Karena terlahir
prematur, Fajar kecil harus diletakkan di inkubator. Kemudian setelah, tidak
sebagaimana bayi pada umumnya, Fajar mengalami keterlambatan tumbung kembang,
lehernya baru bisa tegak di usia tujuh bulan dan baru duduk di usia setahun.
Perkembangan yang lambat dianggap Henny masih dalam tahap kewajaran. Hingga
ketika Fajar berusia setahun, orangtua Fajar, Henny dan Joko Wahyudionon, tahu
bahwa Fajar menyandang cerebral palsy, Henny dan suaminya pun kaget. Suatu
reaksi yang wajar dialami oleh semua orangtua.
Namun sekalipun demikian, Henny dan Joko yakin Allah
menakdirkan yang terbaik untuk mereka. Mereka pun langsung mencari tahu tentang
seluk-beluk cerebral palsy. Entah melalui internet, maupun yang lainnya.
Selanjutnya, mereka langsung berupaya mencari penanganan yang tepat. Maka,
Fajar mulai diterapi, baik untuk fisioterapi, terapi bicara hingga terapi
berenang.
Jadi, di satu sisi ini merupakan ujian, namun di sisi yang
lain juga karunia. Ujian karena Fajar menyandang cerebral palsy, namun
juga karunia karena di samping keterbatasannya, Fajar memiliki pendengaran dan
daya ingat yang sangat tajam sehingga bisa hafal Al-Qur’an.
***Keajaiban :
Saat Fajar berumur satu tahun, ia sempat terdeteksi memiliki
gelombang kejang. Padahal sebelumnya Fajar tak pernah kejang. Begitu Fajar
berusia empat tahun, gelombang kejang itu masih muncul, sampai kemudian Fajar
berusia delapan tahun, gelombang kejang itu juga masih ada. Ajaibnya, hingga
sekarang Fajar sama sekali tidak pernah mengalami kejang.
Karena
penasaran, akhirnya Henny mencoba membawa Fajar untuk CT Scan dan ternyata
memang ada kelainan di otak yang membuat Fajar memiliki rongga terbuka yang
memungkinkan cairan untuk masuk ke otak. Dengan adanya kelainan itu, seharusnya
Fajar mengalami kejang aktif dan hidrosefalus. Tapi itu semua tidak dialami
oleh Fajar.
Dugaan Henny, kejang yang tidak dialami Fajar kemungkinan
besar karena pengaruh hafalan Al-Qur’an yang dikuasai Fajar. Sebab, dari
pengetahuan yang didapat Henny, menghafal Al-Qur’an dapat MENGHIDUPKAN sel-sel
otak yang masih tidur. “Sel otak Fajar mungkin ada yang rusak, tetapi dapat
tertutupi dengan sel yang baru karena teraktifkan lewat kemampuan Fajar
menghafal Al-Qur’an.” Ujarnya.
***Tiada Hari Tanpa Al-Qur’an :
Henny sudah
meyakini sejak lama bahwa Al-Qur’an adalah syifa’, penyembuh (Yunus: 57 dan
Al-Isra’: 82). Maka, ketika ia melahirkan Fajar dalam kondisi prematur, ia pun
langsung menyetelkan murattal Al-Qur’an untuk Fajar yang masih harus berada di
inkubator. Bahkan, karena tidak bisa membersamai Fajar ketika itu, Henny
menitipkan walkman kepada perawat yang menjaga Fajar agar berkenan
memperdengarkan murattal yang ada di walkman tersebut. Dalam umurnya yang baru
sehari, Fajar sudah langsung mendengar dua juz Al-Qur’an. Saat pulang ke rumah,
Henny juga selalu mengisi telinga Fajar dengan untaian murattal Al-Qur’an,
termasuk ketika tidur. Hari-hari Fajar pun selalu diisi dengan Al-Qur’an.
Hingga
kemudian, ketika Fajar berusia tiga tahun, saat Fajar pertama kali berbicara,
yang keluar dari lisannya adalah bacaan Al-Qur’an, sekalipun terputus-putus.
Awalnya hanya bagian akhir surat, kemudian bagian awal dan akhir, lalu
lama-kelamaan bagian awal, tengah dan akhir, hingga akhirnya Fajar bisa membaca
satu ayat Al-Qur’an secara utuh. Niat awal Henny adalah agar Fajar terbiasa
dengan Al-Qur’an. Akan tetapi, ternyata langkahnya itu dapat membuat Fajar
hafal Al-Qur’an.
Henny lantas membelikan video murattal Al-Qur’an kepada
Fajar. Tentunya yang ada gambar kartun, tulisan arab dan artinya. Fajar selalu
senang bila disetelkan video ini, dan disetel berulang kali. Ternyata saat
disetelkan video itu, telinganya menangkap rekaman lantunan ayat, dan matanya
menangkap tulisan. Hingga saat usia Fajar empat tahun, Fajar tiba-tiba membuka
mushaf Al-Qur’an.
Ketika itu, Henny sedang berada di dapur, dan sayup-sayup mendengar
ada suara orang mengaji. Ternyata itu adalah suara Fajar. Awalnya Henny hanya
mengira Fajar melantunkan ayat Al-Qur’an tanpa sesuai dengan bacaan Al-Qur’an
yang dilihatnya. Tapi ternyata apa yang diucapkan Fajar sesuai dengan halaman
yang sedang dibuka. Subhanallah!
“Bahkan pernah,” kata Joko, ayahanda Fajar, menambahkan,
“...ada video yang antara suara dan tulisannya tidak sesuai, lalu Fajar
menangis, dan kita tidak tahu kenapa Fajar menangis. Baru dikemudian hari,
ternyata ada kesalahan dalam video tersebut. Fajar menangis karena suara dan
tulisan yang ada di video itu tidak sesuai, dan karena Fajar belum bisa bicara
ia hanya bisa menangis. Ketika tahu bahwa menangisnya Fajar karena adanya
kesalahan itu, akhirnya kita mengganti videonya dengan yang baru, dan tidak ada
cacatnya.”
Lebih dari itu, bagi seorang Fajar, Al-Qur’an ibarat mainan
kesayangan. Ketika anak-anak seusianya sibuk dengan berbagai mainan seperti
mobil-mobilan dan robot-robotan, Fajar lebih suka bercengkrama dengan
Al-Qur’an. Kalau ditanya, ‘Mau dibelikan apa?’ Fajar selalu menjawab ingin
mushaf Al-Qur’an atau vcd murattal Al-Qur’an.
***Hafalan Yang Menakjubkan :
Pendengaran
Fajar begitu kuat, dan kemampuan menghafalnya juga sangat hebat. Pernah saat
melihat tulisan Arab yang bukan merupakan ayat Al-Qur’an, Fajar biasanya akan
bertanya pada Henny, apa bacaan tulisan tersebut. Keesokan harinya, Fajar sudah
hafal tulisan tersebut.
Di lain kesempatan, Henny pernah berusaha menghafal hadits
Arba’in An-Nawawiyah hadits kedua—hadits panjang perihal tanya Jibril kepada
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tentang Islam, Iman dan Ihsan. Sudah
dua pekan, Henny belum hafal-hafal juga. Ternyata tanpa dinyana karena sering
mendengar mamanya berusaha menghafal, tiba-tiba Fajar sudah hafal hadits
tersebut.
Bahkan, penulis pernah mendengar sendiri tentang kemampuan
menghafal Fajar. Waktu itu, ia memegang video player yang berisi bacaan banyak
syaikh. Setelah memutar, ia langsung bisa menebak surat apa dan syaikh siapa.
Ketika dipindah ke yang lain, Fajar juga langsung bisa menebak suratnya dan
juga syaikhnya. Aku tertakjub. Kejadian ini juga disampaikan oleh pak Amy
Faizal, guru pendamping Fajar di sekolahnya. Pak Faizal rutin menyetel murattal
Al-Qur’an untuk Fajar dari telepon seluler miliknya. Fajar biasanya langsung
bisa menebak surat yang diputar, bukan saja sejak permulaan ayat pertama, tapi
bahkan sejak pembacaan basmalah di setiap surat. Jadi, dari nada dan tekanan
saat pembacaan basmalah saja, Fajar sudah dapat mengetahui surat apa yang
sedang diputar. Subhanallah.
Di antara contoh yang lain, Fajar yang dikenal ramah, mudah
bersosialisasi, cepat beradaptasi ini termasuk orang yang paling mudah
menghafal nama-nama teman sekolahnya. Fajar paling cepat sadar jika ada satu
saja dari temannya yang tidak hadir. Ia juga dapat mengetahui kehadiran
seseorang dari langkah kakinya saja. Ajaib!
Ketika Fajar berusia empat tahun, Henny mencoba mencarikan
guru mengaji untuk Fajar, dan setelah mengetes bacaan Al-Qur’an Fajar selama
enam bulan, guru pertama Fajar menyimpulkan bahwa di usia itu, Fajar sudah
menghafal Al-Qur’an secara utuh, tapi belum bisa menghafal secara urut, dan
bersama gurunya, teh Lana, Fajar berhasil menghafal 22 juz secara berurutan.
Ini terjadi pada tahun 2012, dan sekarang Fajar sudah selesai dan berhak
menjadi hafizhul Qur’an.
Dalam acara seminar The Miracle of Qur’an for Janin,
pada hari Ahad, 30 Juni 2014, Fajar bersama kedua orangtuanya menjadi tamu
kehormatan. Joko Wahyudiono, ayahanda Fajar menjelaskan bahwa Fajar sudah
belajar terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesianya, dan sekarang bahkan sedang
belajar terjemahan bahasa inggrisnya. “Mohon doanya.” katanya.
Ya Allah…, betapa kita begitu iri dengan Fajar. Betapa kita
malu kepada lelaki kecil penyandang cerebral palsy tapi hafal Al-Qur’an
ini—jauh melampaui dan mengalahkan kita-kita yang berfisik dan berbadan normal.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
« لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ
اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ
جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِى أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِىَ فُلاَنٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ
مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهْوَ يُهْلِكُهُ فِى الْحَقِّ، فَقَالَ
رَجُلٌ لَيْتَنِى أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِىَ فُلاَنٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ »
“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang: (pertama) lelaki
yang diajari Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membacanya sepanjang malam dan
siang, lalu ada tetangganya yang mendengarnya, kemudian ia berkata, “Duhai,
andai aku dikaruniai apa yang diberikan kepada si fulan, maka aku akan
mengamalkan seperti apa yang biasa ia lakukan (membaca Al-Qur’an). (yang kedua)
lelaki yang dikaruniai harta lalu ia menghabiskannya di jalan kebenaran.
Kemudian ada orang yang mengatakan, ‘Seandainya aku dikarunia harta sebagaimana
si fulan, maka aku pasti melakukan sebagaimana yang ia amalkan. ” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Sepenuh
cinta,
Abu
Kayyisa Ulayya
Comments
Post a Comment